Jumat, Desember 12, 2008

Tuhan Yang Mencuci Baju

MALAM Jumat, akhir November, di kamar kosan, jalan Kebayoran Lama, Gang Seha, udara begitu gerah. Dua sachet kopi ABC Mocca diseduhnya kedalam satu gelas plastik pink begambar kartun. Sekali dua kali dia menyuruputnya, seraya mengeluarkan bungkusan plastik dari tas backpack Eiger. Isinya segenggam tembakau dan kertas tembakau cap Bagong. “Ini tembakau khas Jogja loh, eko,” katanya.

Seperti mencubit, tembakau itu diangkatnya dengan jari jempol merapat dengan jari telunjuk dari dalam kantongan. Meletakkan ke kertas papir. Mulai menggulung lalu membasahi dengan ludah untuk merekatkan pangkalnya. Ia duduk bersila. Menggulungkan satu untuk saya. Rasa tembakau itu aneh, jika pernah menghisap rokok Mustang aromanya seperti itu. Aku tak begitu tertarik. Bibirnya terus bercerita dari Pram, Tolstoy, sampai Levi’s Strauss. Tak lama kemudian ia membuka baju, menggantungnya diluar kamar pada jemuran tali nilon. Aku lihat lipatan lemak di perutnya. Pada pergelangan kaki beberapa gelang dari tali prusik menggelantung, dengan sebuah tulang berbentuk taring sebagai induknya.

NAMANYA enggan dia sebutkan, namun ia biasa dipanggil Chiko
. Wajahnya dapat dikatakan rupawan, tipikal keturunan Timur Tengah. Tapi ceweknya manis, kecil, dan imut. Nama ceweknya Cheris. Tinggal di Lampung. Kalau mereka saling telefon, lamanya minta ampun. Berjam-jam. Dari ruang depan, ketengah, sampai ke sisi jalan gang masuk rumah. Terkadang harus beli, pulsa baru. Saya ingat ketika pasangan ini marahan. “Ko, ane keluar dulu ya. Beli pulsa,” katanya.

Nah, 10 menit kemudian, hubungan seluler itu pun nyambung lagi. Saya perhatikan, sambil tiduran dikasur, handphone-nya diletakkan ditelinga tanpa dipegang.

Chiko menyeruput ulang kopinya, asap tembakaunya mulai mengepul dari gulungan tembakau. Dan di luar kamar, hujan mengguyur. Baju yang menggelantungan tak diingat.

Sekitar pukul satu dinihari, kami diserang kantuk. Aku berbaring diatas kasur, Chiko memilih telentang di lantai ubin putih. Ia memakai jaket abu-abu. Resletingnya dikancing penuh sampai ke leher.

Chiko mahasiswa angkatan 2003 di UGM. Ia tahu banyak tentang komputer. Sejak kelas lima SD. Ia pernah mematikan listrik se kota Lampung selama seminggu. Ia lebih suka menyebut dirinya IT Troublemaker. “Aku sakit hati. Ibu temanku seorang pembantu rumah tangga, karena tagihan listriknya menunggak, saluran listrik rumahnya diputus. Jadi aku tembus saja jaringan PLN. Dan aku ingin semua orang tidak mrasakan listrik seperti ibu temanku, lalu dengan sekejab listrik di kota padam,” katanya.

Tiba-tiba dunia pun serasa ringan. Kami berdua pun lelap.

Keesokannya, sekitar pukul 09.00 Chiko terjaga dari tidurnya. Menyambar handuk kemudian ke kamar mandi. “Aku ke Pantau dulu ya,” katanya. Sambil berjalan memakai baju koko hitam yang diambilnya dari dalam tas. Baju itu kusut.

Sekitar pukul 17.00 dia kembali. Hari ini ia cepat pulang. Sebentar lagi akan berangkat ke Lampung. Ayah dan Ibunya akan naik haji sabtu pagi, besoknya. Perjalanan Jakarta-Lampung menghabiskan waktu 7 jam. Ia meninggalkan laptopnya buatku, “kamu pake aja kerja tugas,” katanya setelah sebelumnya telah memindahkan beberapa data ke flash disk berkapasitas 512 megabyte.

Setelah semua data tersimpan di flashdisk, ia mengganti baju koko yang di pakainya tadi pagi. Mengambil kaos hitam yang masih tergelantung di jemuran. “Tidak mandi,” kataku.
“Loh kok pakai itu.”
“Ini khan sudah dicuci sama Tuhan,” jawabnya, sembari mengulurkan tangan, “aku berangkat dulu ya, ok.”


*) Ini tulisan waktu kursus narasi di Pantau Jakarta, akhir 2007 lalu. Baru ketemu file-nya, buat lucu-lucuan aja.

4 komentar:

  1. Oeee Eko, demi menjaga kenyamanan dan keamanan diri gue, baeknya kalo sekarang nama asli di ganti pake nickname yak. Soalnya tuntutan profesi kikikik. Oke Ko? Gak marah khan? Wahahahaha Ntar gue di tempeleng unit cybercrime lagi kikikik.

    BalasHapus
  2. eko..kamu cakep dengan rambut gondrong kamu. say tunggu tulisan kamu yang lebih hebat lagi dari sebelumnya. smagat eko.

    BalasHapus
  3. Walah!!
    Kok malah tampang kamu yg dikomentarin ya, Ko?
    Suka sama kamu, sepertinya...
    kikikikiki

    BalasHapus