Senin, Februari 21, 2022

Elang, Sudah Tidur Sendiri

La Wellang Rawallangi, nama anak lelaki kami. Sapaannya Elang. Dia akan berusia genap tujuh tahun pada Mei mendatang.
 
Hampir tiga tahun ini, dia tumbuh di tempat yang sungguh indah. Berlari dan bermain dengan teman-temannya, dimana dia menghirup udara dari tebing karst. Dia juga sudah mengalami bagaimana seluruh badannya menjadi bentol, ketika musim ulat bulu. Kakinya yang penuhi bekas garukan karena gatal, dari rumput yang ditempatinya berlari atau tiduran bersama teman-temannya.
 
Dia anak yang energik. Pertanyaannya pun sudah semakin detil dan membuat saya harus belajar ulang. Dia bertanya tentang pohon yang bisa tumbuh dibatu karst. Bertanya mengenai aliran sungai, kenapa keluar dari batuan. Memperhatikan ular air yang memangsa kodok.
 
Dia tumbuh dengan sehat. Itu yang kami perhatikan. Saya dan Tika sebagai orang tua, berusaha menemaninya bermain. Saya sesekali membacakannya buku sebelum tidur. Tapi Mamaknya yang paling rajin. Kini dia, menggandrungi serial Avatar Ang. Kadang-kadang jika ingin minum gelas airnya diletakkan di meja, dan mempraktikkan gerakan Katara – si pengendali air – untuk meminta air itu melayang dan masuk ke mulutnya tanpa harus memegang gelas.
 
“Dimana saya harus belajar ilmu pengendali air bapak,” katanya.
 
Pertanyaan seperti itu selalu membuat saya gelagapan. Dan dia mengerti saya tak mampu menjawabnya. Lalu dia sendiri mengabaikannya, dan kadang dengan cetus bilang. “Bapak waktu kecil nda pernah mau belajar kendalikan air kah.”
 
Sepuluh hari ini, dia benar-benar dapat dengan tenang menikmati film itu. Tokoh favoritnya adalah Avatar Roku, sebab dia menjadi penyelamat Ang jika sedang membutuhkan bantuan. Roku juga tinggal di dunia arwah. Dialog favoritnya, ketika Roku mendatangi Ang; kami tidak perlu bersidih, karena ini adalah salah saya, yang seharusnya bisa mencegah perang ini terjadi pada masa lalu.
 
Dia sudah punya kamar sendiri, yang ditatanya dengan kemauan sendiri. Dia memilih sendiri letak kasur hingga bagaimana menyusun bantal.
 
Ya, Elang sudah tidur sendiri. Dimulai pada Kamis malam, 10 Februari 2022, ketika dua hari sebelumnya saya mengecet kamarnya dengan warna biru tua dan biru muda. Dia juga lah yang memilih warna itu. Kami mengajaknya ke toko bangunan dan memintanya menentukan pilihan.
 
Awalnya dia ingin warna merah dan hitam. Tapi kami memberinya pertimbangan, jika warna itu sangat gelap dan bisa mengundang banyak nyamuk. Lalu pencahayaan kamar pun harus bagus, sementara rumah kami, hanya menggunakan satu bola lampu standar setiap kamar.
 
Katalog warna di toko bangunan dia perhatikan dengan baik. Dan pilhannya jatuh pada warna kamar temboknya saat ini.
 
Rumah kami adalah perumahaan subsidi, yang hanya punya dua kamar. Rumah ini kami tata dengan kepala ideal kami. Dimana satu kamar kami anggap sebagai kamar utama. Tempat kami tidur bersama. Satu kamar lainnya, diperuntukkan untuk keluarga, tamu, dan teman-teman yang kebetulan bermalam di rumah.
 
Tapi kini, “kamar tamu” sudah menjadi milik Elang. Jadi bisa saja tamu yang akan menginap akan tidur di ruang utama rumah, di atas karpet, bersisihan dengan rak buku dan mesin jahit Tika. Tapi jika Elang mengizinkan masuk ke kamar, boleh lah tidur di kamarnya.
 
Kejadian, kemarin 19 Februari, adik perempuan saya yang kuliah di Makassar, datang ke rumah. Karena dia datang malam, dan Elang sudah tidur, mood-nya kurang bagus. Dia menolak tantenya menemaninya tidur. Dan akhirnya, harus rela tidur di karpet.
 
Keesokannya, dia membujuk Elang, menemaninya main dan akhirnya dengan ikhlas memberikannya ruang di kasur kamarnya tidur Bersama. 
 
Tapi, sebelum kamar itu menjadi milik Elang, kami punya rak buku di dalamnya. Dan juga boks yang berisi buku – karena kami masih kekurangan rak buku. Tapi ketika Elang resmi memiliki kamar itu, dia meminta mengeluarkan buku bacaan kami berdua. Dia ingin, rak buku itu diganti dengan semua koleksi bukunya.
 
Akhirnya tak ada pilihan lain, saya terpaksa harus memilah buku yang tak begitu saya gunakan untuk kemudian disumbangkan, begitu pula Tika. Rak buku itu punya enam kotak. Dua kotak dideret buku bacaannya. Dua kotak lainnya, kami minta untuk menempatkan beberapa buku yang kami anggap penting untuk tidak dipajang dirak ruang utama.
 
Dua rak lainnya, tempatnya menyusun tiga buah tabung celengan. Serta beberapa Pernik mainannya. Di bagian atas rak, ditempatkannya buku-buku besar, dan action figure berdiri rapi. Dari mulai Batman sampai Thanos. Boks mainan lainnya berada di sisi kasur dekat kepalanya.  
 
Malam pertama yang memukau
Ketika Elang sudah yakin akan tidur sendiri, kami cukup gembira. Saya dan Tika, akhirnya mengalami proses ini. Ketika dia sudah tidur di kamarnya, kami mematikan lampu kamar dan membiarkan pintu sedikit terbuka agar cahaya dari lampu dapur bisa menerobos masuk kamar.
 
Sementara saya dan Tika tidur dengan perasaan berbeda. Biasanya ada Elang ditengah kami, dan sebelum tidur selalu saling menjahili. Kini di kasur ukuran tiga ini, kami hanya berdua. Pintu kamar kami lebar, untuk memastikan jika Elang bangun tengah malam dan memilih masuk kamar.
 
Beberapa kali saya terbangun dan mengintip Elang di kamarnya. Dia nyenyak sekali tidur, sambil memeluk boneka Doraemon yang dijadikannya guling. Boneka itu adalah hadiah ulang tahunnya usia 2 tahun dari Mamak Cung – kolega kami di Makassar.
 
Elang tidur dengan nyenyak dan kami bangun pagi bersama, dan melihatnya dengan bangga. Lalu membantunya merapikan kasur. Setelah itu mandi, sarapan dan dia berangkat sekolah.
 
Dan di pintu kamarnya tertulis dengan tinta pensil: Orang endak boleh masuk hanya Elang.

0 comments:

Posting Komentar